Alhamdullah, petualangan di zona satu pantai bentang petualang sudah usai. Rasanya nano nano ya. Teori yang diampaikan tidak ada yang bisa dibantah. Dulu saya tipe nge gas kalau bicara dengan anak, enggak sabaran apalagi saat badan sedang capek. Sekarang sih masih juga hehe.. tapi intensitasnya rada berkurang. Teori itu tak semudah yang terucap, apalagi bagi kaum hawa, kaum yg termoody di planet raya.
Alhamdulillah, hari demi hari lebih menghargai komunikasi dengan anak. Dan suami.
Satu hal yang belum teratasi yakni ego yang tinggi ketika mood sedang di titik nadzir.
Aduh. Ya emang mungkin itu trimester sekali aja.. tapi, sudah diingatkan keberhasilan komunikasi itu tergantung kita sendiri, mau atau tidak. Tapi kok gak manjur, saya saat itu lebih memilih untuk menunda rasa “mau”. Kayaknya butuh ME time banget ya.. “Ayah aku butuh sandaran“, hihi kayaknya itu yang harus dilatih untuk dikomunikasikan.
Hal yang sangat terasa dalam kegiatan di Bunda Sayang ini adalah mendapatkan supporting sistem yang bagus. Meyakinkan diri, bahwa pekerjaan sebagai ibu perlu profesionalisme. Membangun madrasah utama bagi anak diperlukan perjuangan yang insyaAllah tidak akan sia-sia. Saya terinspirasi dari kegiatan jurnal, yg merefleksikan dan merencanakan agenda ke depan. Mengubah wacana menjadi realita, teori menjadi praktik dengan prinsip menjadi “semakin baik”. Bukankah kebaikan ilmu itu laksana buah ranum yang manis rasanya, dan kebaikan ilmu itu laksana tata laku.. perilaku.. adab yg terlaksana di kehidupan sehari-hari hasil menanam ilmu yg tak hanya sekedar goresan tinta atau jaman sekadar hanya sekedar jentikan jari.
Makasih bunda sayang, disini saya belajar untuk menjadi lebih baik dan bercita untuk menjadi lebih profesional mulai dari hal yang kecil, diri sendiri, dan sekarang. Bismillah.. insyaAllah lahaula walaquwwata illabillah.